Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) masuk ke
Indonesia. Pada tahun 1936 dari Guetamala. Pada tahun 1974 Perum Perhutani memyebarkan
benih ke berbagai desa diwilayah Jawa. Dalam waktu yang
singkat,kaliandra di tanam secara luas oleh luas oleh penduduk
desa sebagai kayu bakar dan perbaikan tanah. Kaliandra juga sebagai pakan
ternak, lebah madu, pupuk hijau, mencegak erosi dalam bentuk tanaman, dan
sebagai pelindung tanaman kopi maupun pesemaian serta kayu bakar.
Penelitian yang dilakukan oleh Balai menunjukkan bahwa
kaliandra dapat diberikan dalam bentuk segar atau silage. Tetapi pemberian
kaliandra dalam bentuk layu atau telah dilakukan pengeringan nilai nutrisinya
turun secara dratis terutama kecernaan protein. Pemberian kaliandra dicampur dengan legum lain yang
tidak mengandung tanin sudah dicobakan pada sapi dan hasilnya dapat memperbaiki
performans reproduksi (calon bibit) dan produksi susu. Pemberian kaliandra
dalam bentuk segar tidak ada masalah dengan palatabilitas dan pengaruh
keracunan serta pengaruh negatif lainnya (Elizabeth dan Tangendaja, 2000). Oleh
sebab itu sangat penting dilakukan penanaman kalindra dalam jumlah luas pada
daerah-daerah terbuka atau terlantar agar kaliandra dapat ditingkatkan
pemanfaatannya.